Senin, 01 Agustus 2011

amalan amalan pembuka pintu rizki

November 8, 2010
[ 1 ] CommentTweetShare Jika saya bertanya: "Siapakah yang memberi rizki seluruh makhluk di dunia ini termasuk manusia"? saya yakin jawaban semua muslim sama "Dialah Allah sang Pemberi Rizki"

Kalau saya bertanya lagi: "Apakah janji Allah janji Allah akan memberikan rezki bagi hamba-hambanya yang bertakwa adalah benar"? saya yakin semua muslim akan menjawab "Janji Allah adalah benar"

Dan jika saya bertanya lagi: "Bersediakah manusia melakukan amalan-amalan yang telah dijanjikan oleh Allah mendatangkan rizki"? maka jawabannya ada yang bersedia dan ada yang tidak.

Aniwe www, hidup adalah pilihan dan sesungguhnya Allah telah memberi jalan buat setiap hamba-Nya untuk memperolehi rezeki dalam pelbagai bentuk yang boleh menjadi puncak kebaikan dunia dan akhirat. Di antaranya:

1. Menyempatkan diri beribadah
Allah tidak sia-siakan pengabdian diri hamba-Nya, seperti firman-Nya dalam hadis qudsi: “Wahai anak Adam, sempatkanlah untuk menyembah-Ku maka Aku akan membuat hatimu kaya dan menutup kefakiranmu. Jika tidak melakukannya maka Aku akan penuhi tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak menutup kefakiranmu.” (Riwayat Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abu Hurairah r.a.)

2. Memperbanyak istighfar Istighfar adalah rintihan dan pengakuan dosa seorang hamba di depan Allah, yang menjadi sebab Allah jatuh kasih dan kasihan pada hamba-Nya lalu Dia berkenan melapangkan jiwa dan kehidupan si hamba. Sabda Nabi s.a.w.: “Barang siapa memperbanyak istighfar maka Allah s.w.t akan menghapuskan segala kedukaannya, menyelesaikan segala masalahnya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka.” (Riwayat Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abdullah bin Abbas r.a.)

3. Tinggalkan perbuatan dosa
Istighfar tidak laku di sisi Allah jika masih buat dosa. Dosa bukan saja membuat hati resah malah menutup pintu rezeki. Sabda Nabi s.a.w.: “… dan seorang lelaki akan diharamkan baginya rezeki kerana dosa yang dibuatnya.” (Riwayat at-Tirmizi)

4. Sentiasa ingat Allah
Banyak ingat Allah buatkan hati tenang dan kehidupan terasa lapang. Ini rezeki yang hanya Allah beri kepada orang beriman. Firman-Nya: “(iaitu) orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d: 28)

5. Berbakti dan mendoakan ibu bapa. Dalam hadis riwayat Imam Ahmad, Rasulullah s.a.w. berpesan agar siapa yang ingin panjang umur dan ditambahi rezekinya, hendaklah berbakti kepada ibu bapanya dan menyambung tali kekeluargaan. Baginda s.a.w. juga bersabda: “Siapa berbakti kepada ibu bapanya maka kebahagiaanlah buatnya dan Allah akan memanjangkan umurnya.” (Riwayat Abu Ya’ala, at-Tabrani, al-Asybahani dan al-Hakim)Mendoakan ibu bapa juga menjadi sebab mengalirnya rezeki, berdasarkan sabda Nabi s.a.w.: “Apabila hamba itu meninggalkan berdoa kepada kedua orang tuanya nescaya terputuslah rezeki (Allah) daripadanya.” (Riwayat al-Hakim dan ad-Dailami)

6. Berbuat baik dan menolong orang yang lemah
Berbuat baik kepada orang yang lemah ini termasuklah menggembirakan dan meraikan orang tua, orang sakit, anak yatim dan fakir miskin, juga isteri dan anak-anak yang masih kecil. Sabda Nabi s.a.w.: “Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki .

Selasa, 26 Juli 2011

Istigfar Membuka Pintu Rezeki kita

Habib Ali Zainal Abidin AlKaf: Istighfar, Kiat Sukses Dunia-Akhirat PDF Print E-mail
740

*
* 1
* 2
* 3
* 4
* 5

(31 votes, average 3.71 out of 5)
Written by Redaksi Online
Wednesday, 24 November 2010 16:33

“Coba kita umpamakan istighfar ini, demikian juga wiridan yang lainnya, seperti bensin bagi kendaraan kita atau seperti pekerjaan yang kita jadikan sebagai profesi …”

Ada yang lain di kantor alKisah pada siang menjelang sore hari Kamis (18/11). Sejak pukul 14.30 WIB, di ruang utama, beberapa remaja dengan mengenakan pakaian putih-putih dan sarung, yang menjadi ciri khas anak-anak majelis ta`lim, khususnya di Jakarta, terlihat duduk-duduk sembari bercanda ringan dengan senyum yang sumringah terpancar dari wajah mereka. Di tengah-tengah mereka, seorang habib muda dengan wajah yang sejuk terlihat mengulang-ngulang syair dengan gaya khasnya. Dialah Habib Muhammad Zed Al-Habsyi, tamu alKisah yang datang untuk sesi pengambilan gambar pembacaan Maulid Simthud Durar, buah karya Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi.

Untaian shalawat yang diiringi rampak pukulan hadrah yang merdu, yang ditabuh oleh santri-santri binaan Habib Muhammad Zed Al-Habsyi, terdengar penuh semangat hingga berkumandang adzan ashar bersahutan di cakrawala Jakarta. Udara yang semula terasa panas oleh terik matahari siang menjadi sejuk disertai semilir angin sepoi-sepoi yang menggerakkan dahan-dahan dan dedaunan pohon-pohon hias yang tertata rapi di halaman kantor.

Satu per satu, jama’ah setia Zawiyah alKisah pun berdatangan memenuhi ruang utama. Senda gurau kecil dan senyum riang terlihat menghiasai wajah-wajah mereka. Kegembiraan Hari Raya Qurban masih terlihat jelas dari raut wajah mereka yang tampak antusias menyaksikan pengambilan gambar Habib Muhammad Zed Al-Habsyi.

Menjelang pukul 16.00, waktu ta`lim Zawiyah alKisah, sesi pengambilan gambar dihentikan untuk sementara. Sosok yang dinanti-nanti pun datang di tengah-tengah majelis. Dialah Habib Ali Zainal Abidin bin Abdullah Al-Kaf.

Habib Ali Zaenal Abidin Al-Kaf adalah figur yang ramah, humoris, dan rendah hati. Taushiyah yang diberikannya sering membuat yang mendengarkan menjadi tergugah dan tersentuh. Suaranya yang empuk dengan pembawaan yang bersahaja membuat dia menjadi tokoh yang cepat akrab dengan siapa saja.

Komitmennya untuk anak yatim dan kaum dhu’afa tidak diragukan lagi. Putra Habib Abdullah bin Ahmad Al-Kaf ini membaktikan seluruh hidupnya untuk mengajar, memberdayakan, dan melayani anak yatim dan dhu’afa yang menjadi binaannya di Pesantren Riyadhul Jannah, di Gang Buluh, Condet, Jakarta Timur.

Habib Ali Al-Kaf lahir di Tegal pada 18 Oktober 1967 dari pasangan Habib Abdullah bin Ahmad Al-Kaf dan Umi Syarifah Amar binti Agil Al-Atas.

Habib Ali menempuh pendidikan di Al-Azhar, Mesir, dari tahun 1987 sampai 1993. Sebelum melanjutkan studi ke Mesir, ia mendapat pendidikan agama dari ayahnya dan beberapa pesantren di Pulau Jawa, di samping sekolah umum di Tegal.
Setelah dibuka dengan pembacaan Al-Fatihah dan Wirdul Lathif, yang menjadi wiridan tetap Zawiyah, pembawa acara langsung mendaulat Habib Ali untuk memberikan taushiyah:

Mengenali Diri Sendiri



Dalam setiap ayat Al-Quran terkandung rahasia. Demikian pula hadits Nabi SAW. Rahasia-rahasia tersebut, ada yang kita mengerti, tapi ada pula yang tidak kita mengerti. Ada yang kita amalkan, tapi ada pula yang tidak.

Allah SWT sudah memberikan kepada kita ilmu tentang segala sesuatu untuk kehidupan kita yang seutuhnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Hakikat kehidupan kita adalah untuk beribadah. Allah SWT berfirman, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz-Dzariyat: 56). Lalu untuk apa kita sibuk untuk urusan-urusan yang di luar ibadah?

Kalau ingin berhasil dalam hidup, jadilah manusia yang beribadah kepada Allah. Ibadah dalam artian yang luas, yaitu segala aktivitas yang mengandung kebaikan.

Itulah sebabnya, kita harus mengenali diri kita sendiri. Nabi SAW bersabda, “Barang siapa mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya.”

Mengapa hidup kita sengsara, bencana silih-berganti, negara kita tak henti-hentinya dilanda musibah? Tak lain karena kita tidak mengenal diri kita sendiri, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi semestinya.

Andaikan masing-masing kita sadar diri untuk mematuhi peraturan yang ada, tentu semuanya akan berjalan lancar, aman, dan teratur.

Bila kita tidak sadar diri, tidak mengenali diri kita sendiri, kehidupan kita akan sama halnya seperti binatang. Segala sesuatunya harus menggunakan kekerasan.

Jika ingin hidup bahagia, sukses dunia akhirat, ikuti jalur yang Allah tunjukkan kepada kita. Yakni Al-Quran, yang juga dijelaskan oleh Nabi SAW dalam sunnahnya.

Lantas, mana di antara ayat yang simpel tetapi mengandung seluruh aspek kebutuhan kehidupan manusia.
Allah SWT berfirman:

اِسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا. وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ أَنْهَارًا.(سورة نوح:10-12

“…Mohon ampunlah kepada Tuhan kalian. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit. Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan kebun-kebun untuk kalian dan mengadakan sungai-sungai untuk kalian.” (QS Nuh: 10 -12).

“Mohon ampunlah (beristighfarlah) kalian kepada Tuhan kalian”, yaitu kepada Allah SWT, “sesungguhnya Dia Maha Pengampun”, artinya bukan semata-mata Allah memerintahkan kita untuk beristighfar, melainkan Allah juga berjanji akan menerima istighfar kita, mengampuni kita atas semua dosa kita.

Semua ibadah pasti ada syaratnya. Kita melaksanakan ibadah haji belum tentu diterima, kita menjalankan shalat belum tentu diterima. Namun di saat kita beristighfar, Allah mengatakan, “Sesungguhnya Dia Maha Pengampun.” Artinya, pasti dosa-dosa kita akan dihapuskan oleh Allah SWT.

Coba perhatikan, Allah tidak mengatakan “akan mengampuni”, karena, bila Allah mengatakan demikian, pastilah istighfarnya akan dinilai. Apakah benar istighfarnya, sungguh-sungguh ataukah tidak, dan sebagainya. Akan tetapi Allah mengatakan, “Sesungguhnya Dia Maha Pengampun.” Artinya, pasti Allah akan menerima istighfar kita, bagaimanapun kondisi dan keadaan kita. Asalkan kita benar-benar pandai beristighfar, Allah pasti menerima istighfar kita, karena Dia “Ghaffar”, Maha Pengampun.

Jika kita sudah diampuni oleh Allah, lantas apa lagi yang kita inginkan? Bukankah yang paling kita takuti adalah dosa-dosa kita? Berapa banyak rizqi kita tersendat gara-gara dosa? Berapa banyak musibah, bencana, permasalahan dalam rumah tangga, pekerjaan, dan sebagainya, ujung-ujungnya adalah akibat dari dosa-dosa kita?

Bila Allah sudah menjanjikan kepada kita akan mengampuni dosa-dosa kita, pertanyaannya, apa lagi yang mau kita cari? Dosa dihapuskan, berarti masalah kita dan urusan kita kepada Tuhan selesai. Segala rintangan, masalah, musibah, dan sebagainya selesai, terbebaskan.

Karena Allah Mencintai Kita



Mungkin ada orang bertanya, bagaimana kalau kita sudah banyak-banyak istighfar tetapi masih ada saja musibah yang menimpa kita?

Jawabannya, itu bukan bencana, bukan musibah, tetapi sekadar cobaan, karena Allah mencintai kita. Karena, bila Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memberi hamba itu cobaan, dan cobaan itu bukan sekadar numpang nyoba, melainkan itu adalah rahasia Ilahi.

Misalnya seseorang ingin punya anak, lalu belum Allah berikan, berarti Allah sedang mencobanya agar bila ia lulus dari cobaan itu ia akan bisa menghadapi cobaan-cobaan lainnya.

Dalam firman tersebut Allah SWT telah menjanjikan ampunan kepada kita. Ini maknanya, dalam hidup kita ini, pastilah kita tidak mungkin akan terlepas dari dosa dan kesalahan. Dan bila kita ingin kembali kepada kondisi hakikat kita diciptakan, yaitu menyembah Allah, sebagai hamba Allah yang beribadah, satu jalur yang paling utama adalah istighfar, memohon ampun kepada Allah, karena pasti Dia akan mengampuni kita atas segala dosa dan kesalahan kita.

Andaikan ayat ini hanya sampai di sini, niscaya sudah cukup bagi manusia. Namun Allah sangat memahami makhluk yang bernama manusia, keinginan-keinginannya. Bila seseorang sudah mempunyai A, tentu ia menginginkan B. Jika B sudah ia dapatkan, pasti ia menginginkan C, dan seterusnya, meskipun pada akhirnya ia akan menginginkan sesuatu yang semula itu.
Kado, misalnya, di dalamnya tentu ada isisnya. Perhatikanlah, kado tersebut diberi kardus, dibungkus dengan kertas sampul yang indah, diberi pita kanan-kirinya, dihiasi, dan seterusnya, namun pada akhirnya semua pernak-pernik tersebut dirobek dan dibuang, dan kemudian hanya diambil isinya.

Demikianl juga dalam kehidupan kita. Ampunan Allah SWT adalah inti dari segala sesuatu yang kita cari di dunia ini. Tapi Allah Maha Mengetahui keadaan kita, sifat-sifat kita, itulah sebabnya Allah memanjakan kita, manusia.

Allah menjelaskan kepada kita dengan bahasa kasih sayang dan penuh pengertian. Setelah Allah mengatakan “Dia Maha Pengampun”, Dia mengatakan, “Yursilis-sama’a midrara (Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit).” Maksud langit dalam ayat ini adalah hujan, maksud hujan adalah air, dan maksud air adalah sumber kehidupan. Maknanya, bila seseorang banyak-banyak beristighfar, menjadi ahli istighfar, Allah akan memberikan kepadanya kehidupan yang sesungguhnya. Semakin banyak istighfar, semakin hidup ia dengan kehidupan yang sesungguhnya, makin menikmati hidup, makin bahagia dalam hidupnya.

Kemudian Allah melanjutkan dengan firman-Nya, “dan Dia memperbanyak harta.” Allah menggunakan kata yumdidkum, yang artinya menyodorkan. Maknanya, siapa yang banyak-banyak beristighfar kepada Allah, pasti akan Allah limpahkan kepadanya kekayaan harta benda yang banyak.

Namun bukan berarti kita diam saja di rumah dan meninggalkan usaha. Melainkan segala jalan untuk mendapatkan harta benda akan mengalir dengan sendirinya, karena Allah akan mempermudah jalannya.

Jadikan pekerjaan dan usaha kita hanya sebatas ikhtiar. Jangan sampai meyakini bahwa pekerjaanlah yang akan menjamin rizqi kita. Bekerjalah semaksimal mungkin, namun yakini bahwa yang akan menjamin rizqi kita adalah Allah SWT.

Lalu Allah melanjutkannya dengan menjanjikan, “dan anak-anak kalian dan mengadakan kebun-kebun untuk kalian dan mengadakan sungai-sungai untuk kalian.” Allah menjanjikan akan mengaruniai anak-anak sebagai pelengkap kebahagiaan hidup kita. Mengapa Allah menyebutkan anak, bukan istri-istri, di antaranya adalah karena, bila seseorang Allah karuniai anak, pastilah telah berikan kepadanya pendamping-pendamping hidup.

Kemudian Allah menjanjikan jannat, kebun-kebun, yang maknanya adalah ketenteraman dalam hidup. Hidupnya menjadi ketenteraman, hartanya menjadi ketenteraman, anak-anaknya menjadi ketenteraman, dan demikian pula pendamping-pendamping hidupnya menjadi ketenteraman baginya.

Setelah itu Allah pun menjanjikan sungai-sungai yang mengalir, yang maknanya adalah sumber kehidupan yang berkesinambungan. Ia tidak pernah merasa khawatir akan kekurangan.

Itulah sebabnya, semua rangkaian kebutuhan dalam kehidupan ini, baik di dunia maupun di akhirat, terdapat dalam istighfar. Demikianlah sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, “Barang siapa melazimkan istighfar, niscaya Allah akan menjadikan jalan keluar dari setiap kesempitan, kesenangan dari setiap kedukaan, dan memberinya rizqi dari jalan yang tidak diduga-duga.”

Dalam hadits ini Nabi SAW menjanjikan tiga hal yang juga menjadi kebutuhan manusia, yaitu jalan keluar, kesenangan, dan rizqi.
Sebelum ditutup, saya ingin menganjurkan kepada jama’ah (dan semua kaum muslimin) untuk mengamalkan dua istighfar berikut, masing-masing dibaca 100 kali pada pagi dan malam hari menjelang tidur, yaitu:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
Rabbighfir li wa liwalidayya

“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan juga kedua orangtuaku.”

Adapun caranya, setiap 10 kali membaca istighfar di atas, bacalah:

وَارْحَمْهُمَا كَمَارَبَّيَانِي صَغِيْرًا
Warhamhuma kama rabbayani shaghira.

“Dan kasihanilah keduanya sebagaimana mereka mengasihiku sewaktu aku kecil.”

Adapun istighfar yang kedua adalah sebagai berikut:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْني وَتُبْ عَلَيَّ
Rabbighfir li warhamni wa tub `alayya

“Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, dan berilah taubat kepadaku.”

Insya Allah, dengan mengamalkan istighfar ini, kita akan mendapatkan segala apa yang Allah janjikan dalam ayat tersebut.

Jangan Melampaui Dosis

Setelah Habib Ali menutup taushiyahnya, dua jama’ah pun mengajukan pertanyaan.

“Bib, bagaimana kiat untuk mengatasi rasa malas dalam menjalankan wiridan kita?” tanya Bapak Adi, jama’ah setia Zawiyah alKisah dari Tanggerang.

“Ada dua hal yang dapat membuat kita malas dalam mengamalkan suatu wiridan, demikian juga ibadah lainnya. Yaitu, pertama, kelebihan dosis, melebihi yang semestinya, atau melakukannya dengan ukuran yang di luar kemampuan kita. Kedua, belum menjadikannya sebagai kebutuhan hidup. Coba kita umpamakan istighfar ini, demikian juga wiridan yang lainnya, seperti bensin bagi kendaraan kita atau seperti pekerjaan bagi profesi kita. Dapatkah kita seenaknya mengisi atau tidak mengisikannya bagi kendaraan kita, atau semau kita tidak masuk kerja? Tentu kendaraan kita tidak akan berjalan, dan kita pun pasti akan dipecat bila seenaknya meninggalkan tugas kita.”

“Bib, puasa Senin-Kamis kami jalani, shalat-shalat sunnah kami lakukan, namun demikian rizqi kami tetap terasa seret dan biasa-biasa saja. Bagaimana ini?” tanya Gunawan, jama’ah yang lain dari Cengkareng.

“Jawabanya sama, lazimkanlah istighfar dan istiqamah. Jangan bersandar pada pekerjaan kita, tetapi dekatilah Allah, pasti Allah memudahkan segala urusan dan usaha kita.”

MS

Istigfar Membuka Pintu Rezeki





“Coba kita umpamakan istighfar ini, demikian juga wiridan yang lainnya, seperti bensin bagi kendaraan kita atau seperti pekerjaan yang kita jadikan sebagai profesi …”





Ada yang lain di kantor alKisah pada siang menjelang sore hari Kamis (18/11). Sejak pukul 14.30 WIB, di ruang utama, beberapa remaja dengan mengenakan pakaian putih-putih dan sarung, yang menjadi ciri khas anak-anak majelis ta`lim, khususnya di Jakarta, terlihat duduk-duduk sembari bercanda ringan dengan senyum yang sumringah terpancar dari wajah mereka. Di tengah-tengah mereka, seorang habib muda dengan wajah yang sejuk terlihat mengulang-ngulang syair dengan gaya khasnya. Dialah Habib Muhammad Zed Al-Habsyi, tamu alKisah yang datang untuk sesi pengambilan gambar pembacaan Maulid Simthud Durar, buah karya Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi.

Untaian shalawat yang diiringi rampak pukulan hadrah yang merdu, yang ditabuh oleh santri-santri binaan Habib Muhammad Zed Al-Habsyi, terdengar penuh semangat hingga berkumandang adzan ashar bersahutan di cakrawala Jakarta. Udara yang semula terasa panas oleh terik matahari siang menjadi sejuk disertai semilir angin sepoi-sepoi yang menggerakkan dahan-dahan dan dedaunan pohon-pohon hias yang tertata rapi di halaman kantor.

Satu per satu, jama’ah setia Zawiyah alKisah pun berdatangan memenuhi ruang utama. Senda gurau kecil dan senyum riang terlihat menghiasai wajah-wajah mereka. Kegembiraan Hari Raya Qurban masih terlihat jelas dari raut wajah mereka yang tampak antusias menyaksikan pengambilan gambar Habib Muhammad Zed Al-Habsyi.

Menjelang pukul 16.00, waktu ta`lim Zawiyah alKisah, sesi pengambilan gambar dihentikan untuk sementara. Sosok yang dinanti-nanti pun datang di tengah-tengah majelis. Dialah Habib Ali Zainal Abidin bin Abdullah Al-Kaf.

Habib Ali Zaenal Abidin Al-Kaf adalah figur yang ramah, humoris, dan rendah hati. Taushiyah yang diberikannya sering membuat yang mendengarkan menjadi tergugah dan tersentuh. Suaranya yang empuk dengan pembawaan yang bersahaja membuat dia menjadi tokoh yang cepat akrab dengan siapa saja.

Komitmennya untuk anak yatim dan kaum dhu’afa tidak diragukan lagi. Putra Habib Abdullah bin Ahmad Al-Kaf ini membaktikan seluruh hidupnya untuk mengajar, memberdayakan, dan melayani anak yatim dan dhu’afa yang menjadi binaannya di Pesantren Riyadhul Jannah, di Gang Buluh, Condet, Jakarta Timur.

Habib Ali Al-Kaf lahir di Tegal pada 18 Oktober 1967 dari pasangan Habib Abdullah bin Ahmad Al-Kaf dan Umi Syarifah Amar binti Agil Al-Atas.

Habib Ali menempuh pendidikan di Al-Azhar, Mesir, dari tahun 1987 sampai 1993. Sebelum melanjutkan studi ke Mesir, ia mendapat pendidikan agama dari ayahnya dan beberapa pesantren di Pulau Jawa, di samping sekolah umum di Tegal.
Setelah dibuka dengan pembacaan Al-Fatihah dan Wirdul Lathif, yang menjadi wiridan tetap Zawiyah, pembawa acara langsung mendaulat Habib Ali untuk memberikan taushiyah:

Mengenali Diri Sendiri



Dalam setiap ayat Al-Quran terkandung rahasia. Demikian pula hadits Nabi SAW. Rahasia-rahasia tersebut, ada yang kita mengerti, tapi ada pula yang tidak kita mengerti. Ada yang kita amalkan, tapi ada pula yang tidak.

Allah SWT sudah memberikan kepada kita ilmu tentang segala sesuatu untuk kehidupan kita yang seutuhnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Hakikat kehidupan kita adalah untuk beribadah. Allah SWT berfirman, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz-Dzariyat: 56). Lalu untuk apa kita sibuk untuk urusan-urusan yang di luar ibadah?

Kalau ingin berhasil dalam hidup, jadilah manusia yang beribadah kepada Allah. Ibadah dalam artian yang luas, yaitu segala aktivitas yang mengandung kebaikan.

Itulah sebabnya, kita harus mengenali diri kita sendiri. Nabi SAW bersabda, “Barang siapa mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya.”

Mengapa hidup kita sengsara, bencana silih-berganti, negara kita tak henti-hentinya dilanda musibah? Tak lain karena kita tidak mengenal diri kita sendiri, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi semestinya.

Andaikan masing-masing kita sadar diri untuk mematuhi peraturan yang ada, tentu semuanya akan berjalan lancar, aman, dan teratur.

Bila kita tidak sadar diri, tidak mengenali diri kita sendiri, kehidupan kita akan sama halnya seperti binatang. Segala sesuatunya harus menggunakan kekerasan.

Jika ingin hidup bahagia, sukses dunia akhirat, ikuti jalur yang Allah tunjukkan kepada kita. Yakni Al-Quran, yang juga dijelaskan oleh Nabi SAW dalam sunnahnya.

Lantas, mana di antara ayat yang simpel tetapi mengandung seluruh aspek kebutuhan kehidupan manusia.
Allah SWT berfirman:

اِسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا. وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ أَنْهَارًا.(سورة نوح:10-12

“…Mohon ampunlah kepada Tuhan kalian. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit. Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan kebun-kebun untuk kalian dan mengadakan sungai-sungai untuk kalian.” (QS Nuh: 10 -12).

“Mohon ampunlah (beristighfarlah) kalian kepada Tuhan kalian”, yaitu kepada Allah SWT, “sesungguhnya Dia Maha Pengampun”, artinya bukan semata-mata Allah memerintahkan kita untuk beristighfar, melainkan Allah juga berjanji akan menerima istighfar kita, mengampuni kita atas semua dosa kita.

Semua ibadah pasti ada syaratnya. Kita melaksanakan ibadah haji belum tentu diterima, kita menjalankan shalat belum tentu diterima. Namun di saat kita beristighfar, Allah mengatakan, “Sesungguhnya Dia Maha Pengampun.” Artinya, pasti dosa-dosa kita akan dihapuskan oleh Allah SWT.

Coba perhatikan, Allah tidak mengatakan “akan mengampuni”, karena, bila Allah mengatakan demikian, pastilah istighfarnya akan dinilai. Apakah benar istighfarnya, sungguh-sungguh ataukah tidak, dan sebagainya. Akan tetapi Allah mengatakan, “Sesungguhnya Dia Maha Pengampun.” Artinya, pasti Allah akan menerima istighfar kita, bagaimanapun kondisi dan keadaan kita. Asalkan kita benar-benar pandai beristighfar, Allah pasti menerima istighfar kita, karena Dia “Ghaffar”, Maha Pengampun.

Jika kita sudah diampuni oleh Allah, lantas apa lagi yang kita inginkan? Bukankah yang paling kita takuti adalah dosa-dosa kita? Berapa banyak rizqi kita tersendat gara-gara dosa? Berapa banyak musibah, bencana, permasalahan dalam rumah tangga, pekerjaan, dan sebagainya, ujung-ujungnya adalah akibat dari dosa-dosa kita?

Bila Allah sudah menjanjikan kepada kita akan mengampuni dosa-dosa kita, pertanyaannya, apa lagi yang mau kita cari? Dosa dihapuskan, berarti masalah kita dan urusan kita kepada Tuhan selesai. Segala rintangan, masalah, musibah, dan sebagainya selesai, terbebaskan.

Karena Allah Mencintai Kita



Mungkin ada orang bertanya, bagaimana kalau kita sudah banyak-banyak istighfar tetapi masih ada saja musibah yang menimpa kita?

Jawabannya, itu bukan bencana, bukan musibah, tetapi sekadar cobaan, karena Allah mencintai kita. Karena, bila Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memberi hamba itu cobaan, dan cobaan itu bukan sekadar numpang nyoba, melainkan itu adalah rahasia Ilahi.

Misalnya seseorang ingin punya anak, lalu belum Allah berikan, berarti Allah sedang mencobanya agar bila ia lulus dari cobaan itu ia akan bisa menghadapi cobaan-cobaan lainnya.

Dalam firman tersebut Allah SWT telah menjanjikan ampunan kepada kita. Ini maknanya, dalam hidup kita ini, pastilah kita tidak mungkin akan terlepas dari dosa dan kesalahan. Dan bila kita ingin kembali kepada kondisi hakikat kita diciptakan, yaitu menyembah Allah, sebagai hamba Allah yang beribadah, satu jalur yang paling utama adalah istighfar, memohon ampun kepada Allah, karena pasti Dia akan mengampuni kita atas segala dosa dan kesalahan kita.

Andaikan ayat ini hanya sampai di sini, niscaya sudah cukup bagi manusia. Namun Allah sangat memahami makhluk yang bernama manusia, keinginan-keinginannya. Bila seseorang sudah mempunyai A, tentu ia menginginkan B. Jika B sudah ia dapatkan, pasti ia menginginkan C, dan seterusnya, meskipun pada akhirnya ia akan menginginkan sesuatu yang semula itu.
Kado, misalnya, di dalamnya tentu ada isisnya. Perhatikanlah, kado tersebut diberi kardus, dibungkus dengan kertas sampul yang indah, diberi pita kanan-kirinya, dihiasi, dan seterusnya, namun pada akhirnya semua pernak-pernik tersebut dirobek dan dibuang, dan kemudian hanya diambil isinya.

Demikianl juga dalam kehidupan kita. Ampunan Allah SWT adalah inti dari segala sesuatu yang kita cari di dunia ini. Tapi Allah Maha Mengetahui keadaan kita, sifat-sifat kita, itulah sebabnya Allah memanjakan kita, manusia.

Allah menjelaskan kepada kita dengan bahasa kasih sayang dan penuh pengertian. Setelah Allah mengatakan “Dia Maha Pengampun”, Dia mengatakan, “Yursilis-sama’a midrara (Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit).” Maksud langit dalam ayat ini adalah hujan, maksud hujan adalah air, dan maksud air adalah sumber kehidupan. Maknanya, bila seseorang banyak-banyak beristighfar, menjadi ahli istighfar, Allah akan memberikan kepadanya kehidupan yang sesungguhnya. Semakin banyak istighfar, semakin hidup ia dengan kehidupan yang sesungguhnya, makin menikmati hidup, makin bahagia dalam hidupnya.

Kemudian Allah melanjutkan dengan firman-Nya, “dan Dia memperbanyak harta.” Allah menggunakan kata yumdidkum, yang artinya menyodorkan. Maknanya, siapa yang banyak-banyak beristighfar kepada Allah, pasti akan Allah limpahkan kepadanya kekayaan harta benda yang banyak.

Namun bukan berarti kita diam saja di rumah dan meninggalkan usaha. Melainkan segala jalan untuk mendapatkan harta benda akan mengalir dengan sendirinya, karena Allah akan mempermudah jalannya.

Jadikan pekerjaan dan usaha kita hanya sebatas ikhtiar. Jangan sampai meyakini bahwa pekerjaanlah yang akan menjamin rizqi kita. Bekerjalah semaksimal mungkin, namun yakini bahwa yang akan menjamin rizqi kita adalah Allah SWT.

Lalu Allah melanjutkannya dengan menjanjikan, “dan anak-anak kalian dan mengadakan kebun-kebun untuk kalian dan mengadakan sungai-sungai untuk kalian.” Allah menjanjikan akan mengaruniai anak-anak sebagai pelengkap kebahagiaan hidup kita. Mengapa Allah menyebutkan anak, bukan istri-istri, di antaranya adalah karena, bila seseorang Allah karuniai anak, pastilah telah berikan kepadanya pendamping-pendamping hidup.

Kemudian Allah menjanjikan jannat, kebun-kebun, yang maknanya adalah ketenteraman dalam hidup. Hidupnya menjadi ketenteraman, hartanya menjadi ketenteraman, anak-anaknya menjadi ketenteraman, dan demikian pula pendamping-pendamping hidupnya menjadi ketenteraman baginya.

Setelah itu Allah pun menjanjikan sungai-sungai yang mengalir, yang maknanya adalah sumber kehidupan yang berkesinambungan. Ia tidak pernah merasa khawatir akan kekurangan.

Itulah sebabnya, semua rangkaian kebutuhan dalam kehidupan ini, baik di dunia maupun di akhirat, terdapat dalam istighfar. Demikianlah sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, “Barang siapa melazimkan istighfar, niscaya Allah akan menjadikan jalan keluar dari setiap kesempitan, kesenangan dari setiap kedukaan, dan memberinya rizqi dari jalan yang tidak diduga-duga.”



Dalam hadits ini Nabi SAW menjanjikan tiga hal yang juga menjadi kebutuhan manusia, yaitu jalan keluar, kesenangan, dan rizqi.
Sebelum ditutup, saya ingin menganjurkan kepada jama’ah (dan semua kaum muslimin) untuk mengamalkan dua istighfar berikut, masing-masing dibaca 100 kali pada pagi dan malam hari menjelang tidur, yaitu:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
Rabbighfir li wa liwalidayya

“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan juga kedua orangtuaku.”

Adapun caranya, setiap 10 kali membaca istighfar di atas, bacalah:

وَارْحَمْهُمَا كَمَارَبَّيَانِي صَغِيْرًا

Warhamhuma kama rabbayani shaghira.

“Dan kasihanilah keduanya sebagaimana mereka mengasihiku sewaktu aku kecil.”

Adapun istighfar yang kedua adalah sebagai berikut:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْني وَتُبْ عَلَيَّ
Rabbighfir li warhamni wa tub `alayya

“Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, dan berilah taubat kepadaku.”

Insya Allah, dengan mengamalkan istighfar ini, kita akan mendapatkan segala apa yang Allah janjikan dalam ayat tersebut.

Jangan Melampaui Dosis

Setelah Habib Ali menutup taushiyahnya, dua jama’ah pun mengajukan pertanyaan.

“Bib, bagaimana kiat untuk mengatasi rasa malas dalam menjalankan wiridan kita?” tanya Bapak Adi, jama’ah setia Zawiyah alKisah dari Tanggerang.

“Ada dua hal yang dapat membuat kita malas dalam mengamalkan suatu wiridan, demikian juga ibadah lainnya. Yaitu, pertama, kelebihan dosis, melebihi yang semestinya, atau melakukannya dengan ukuran yang di luar kemampuan kita. Kedua, belum menjadikannya sebagai kebutuhan hidup. Coba kita umpamakan istighfar ini, demikian juga wiridan yang lainnya, seperti bensin bagi kendaraan kita atau seperti pekerjaan bagi profesi kita. Dapatkah kita seenaknya mengisi atau tidak mengisikannya bagi kendaraan kita, atau semau kita tidak masuk kerja? Tentu kendaraan kita tidak akan berjalan, dan kita pun pasti akan dipecat bila seenaknya meninggalkan tugas kita.”

“Bib, puasa Senin-Kamis kami jalani, shalat-shalat sunnah kami lakukan, namun demikian rizqi kami tetap terasa seret dan biasa-biasa saja. Bagaimana ini?” tanya Gunawan, jama’ah yang lain dari Cengkareng.

“Jawabanya sama, lazimkanlah istighfar dan istiqamah. Jangan bersandar pada pekerjaan kita, tetapi dekatilah Allah, pasti Allah memudahkan segala urusan dan usaha kita.”

MS





Senin, 18 Juli 2011

Istigfar Membuka Pintu Rezeki

Istigfar Membuka Pintu Rezeki
وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
“Dan hendaklah kalian meminta ampun (beristighfar) kepada Tuhan dan bertaubat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberikan kenikmatan yang baik kepada kalian sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan keutamaan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan…” (QS. Huud {11}:3)

Mohon ampun kepada Allah. Taubat. Istighfar. Itulah ikhtiar kita! Sebuah usaha yang jarang ditempuh oleh kebanyakan orang. Ikhtiar yang menurut kebanyakan manusia, termasuk juga saya hanya akan mendatangkan maghfirah dan ampunan Allah Swt. Namun siapa disangka, saat manusia membutuhkan karunia Allah Yang Maha Kaya…. Saat nafkah terasa berkurang… mungkin saja karena disebabkan kita belum menyambut ‘ampunan’ Allah Swt. Ya, ampunan-Nya! Maka itu dapat mendatangkan karunia Tuhan bagi kita semua!

Teringat kisah baginda Nabi Muhammad Saw. Kali itu, beliau memutuskan untuk melaksanakan ibadah haji pada tahun 10 Hijriyah. Begitu mendengar Sayyidul Mursalin berniat melaksanakannya, para sahabat yang berada di Madinah pun turut serta untuk mengerjakan haji sebagai rukun Islam yang terakhir. Subhanallah! Rombongan yang ikut dalam ritual haji tersebut mencapai angka lebih dari 120 ribu manusia.

Dengan jumlah rombongan sebanyak itu, atas izin-Nya kota Mekkah yang berada di bawah kekuasaan kafir Quraisy dapat ditaklukkan dengan amat mudahnya dan nyaris tanpa pertumpahan darah. Lebih hebatnya lagi, banyak penduduk Mekkah yang menyatakan masuk ke dalam agama Allah Swt dengan berbondong-bondong.
Namun kala itu, turunlah sebuah surat singkat yang diwahyukan kepada baginda Nabi Saw yang berbunyi:

إِذَا جَاء نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ
وَاسْتَغْفِرْه 615; إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sungguh Dia adalah Maha Penerima Taubat.” (QS. An Nashr {110}:1-3)

Siapa yang pernah menyangka…? Mungkin tiada terbayang dalam benak kaum muslimin saat itu yang hanya berniat untuk berhaji untuk mendapatkan anugerah yang luar biasa dan tiada terduga; yaitu penaklukan kota Mekkah & para penduduknya masuk ke dalam Islam secara berbondong-bondong. Ini adalah karunia yang tiada terbilang harganya! Karunia tersebut didapatkan karena istighfar mereka. Karena permohonan ampun mereka atas segala dosa dan kesalahan yang pernah diperbuat! Tidakkah kita perhatikan di ayat terakhir pada surat tersebut? Setelah Allah Swt memberitahukan tentang penaklukan kota Mekkah & masuk Islamnya penduduk kota tersebut, Allah Swt memerintahkan kepada Nabi-Nya dan kaum muslimin secara menyeluruh untuk bertasbih juga memohon ampunan (beristighfar) kepada-Nya? Ya, memohon ampunan Allah! Sebelum dan sesudah kesuksesan itu datang. Sebelum dan sesudah prestasi diraih. Meminta ampunan-Nya untuk menjemput karunia-Nya dan mendapatkan kemuliaan serta keutamaan sebagaimana dijanjikan dalam QS. 11:3

Dalam tafsir Al Qurthubi disebukan sebuah riwayat dari Ibnu Shubaih bahwa ada seorang pria datang kepada Al Hasan Al Jadubah mengeluhkan permasalahannya. Maka Al Hasan memberi jawaban, “Beristighfarlah kepada Allah!” Lalu ada orang lain yang mengeluhkan rezeki yang sulit, maka Al Hasan menganjurkan, “Beristighfarlah kepada Allah!” Kemudian ada seorang perempuan yang datang kepada Al Hasan mengadukan bahwa dia belum dikaruniai anak. Al Hasan pun memberi jawaban yang sama. Ada lagi orang yang mengeluhkan padanya bahwa kebunnya kurang air, Al Hasan pun masih memberikan jawaban serupa. Maka kami pun bertanya kepada Al Hasan tentang jawaban yang sama itu dalam menghadapi masalah yang beragam. Maka ia menjawab, “Itu semua bukan aku yang jawab. Namun itulah jawaban Allah yang tertuang dalam surat Nuh:10-12.”

Tidakkah Anda melihat dalam riwayat tersebut bahwa istighfar dapat menyelesaikan banyak masalah? Karenanya, jika Anda merasa hidup sulit.. banyak masalah dan rezeki sempit… tidakkah kita mencoba resep Nabi Saw? Sebuah amalan yang amat mudah dan gampang untuk dikerjakan. Tiada lain amalan tersebut adalah istighfar (memohon ampunan) kepada Allah Swt.
Beliau Saw bersabda,
من لزم الاستغفار جعل الله له من كل ضيق مخرجا، ومن كل هم فرجا، ورزقه من حيث لا يحتسب
“Siapa yang membiasakan beristighfar (memohon ampun kepada Allah), maka Allah akan memudahkan baginya: 1) Jalan keluar dari setiap kesempitan, 2) Kemudahan dalam setiap kepanikan, 3) Rezeki dari Allah Swt lewat jalan yang tidak pernah terduga.” HR. Abu Daud

Maka, cobalah kebiasaan baik ini dalam hidup Anda yang tersisa. Beristighfar kepada Allah Swt dalam sehari-semalam sebanyak 100 kali. Ucapkanlah.... Astaghfirullahal Azhim... (Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung), atau dengan ucapan istighfar lain yang Anda ketahui, maka Anda akan dapati bahwa saat ampunan Allah Swt itu sudah Anda rasakan, maka kenikmatan yang diberikan kepada Anda akan semakin berlimpah-limpah dan banyak keutamaan serta keistimewaan yang Dia berikan kepada Anda. Ya, Anda... hamba-Nya yang suka mencari ampunan dari-Nya. Semoga bermanfaat.
Diposting oleh A. G. Permana

Minggu, 17 Juli 2011

Keutamaan Shalat

Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Islam dibangun atas lima pondasi: Yaitu persaksian bahwa tidak ada sembahan (yang berhak disembah) melainkan Allah, bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa ramadhan.”(HR. Al-Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada sembahan (yang berhak disembah) kecuali Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 25 dan Muslim no. 21)

Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- dia berkata: Nabi -alaihishshalatu wassalam- bersabda:

“Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya. Rabb kita Jalla wa ‘Azza berfirman kepada para malaikat-Nya -padahal Dia lebih mengetahui-, “Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau justru kurang?” Sekiranya sempurna, maka akan dituliskan baginya dengan sempurna, dan jika terdapat kekurangan maka Allah berfirman, “Periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah?” Jikalau terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman, “Sempurnakanlah kekurangan yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan shalat sunnahnya.” Selanjutnya semua amal manusia akan dihisab dengan cara demikian.” (HR. Abu Daud no. 964, At-Tirmizi no. 413, An-Nasai no. 461-463, dan Ibnu Majah no. 1425. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2571)

Penjelasan ringkas:

Shalat merupakan rukun Islam kedua dan merupakan amalan yang paling utama dan paling dicintai oleh Allah Ta’ala. Ar-Rasul -alaihishshalatu wassalam- menjadikannya sebagai penjaga darah dan harta, sehingga kapan seseorang meninggalkannya maka darah dan hartanya akan terancam. Karena sangat pentingnya shalat ini, sampai-sampai dialah amalan pertama yang hamba akan dihisab dengannya pada hari kiamat. Di dalam hadits Ibnu Mas’ud secara marfu’ disebutkan:

“Amalan pertama yang dengannya seorang hamba dihisab adalah shalat dan sesuatu pertama yang diputuskan di antara para manusia adalah mengenai darah.” (HR. An-Nasai no. 3926 dan selainnya)

Maksudnya, amalan yang berhubungan antara hamba dengan Allah, maka yang pertama kali dihisab darinya adalah shalat. Sementara amalan berhubungan antara makhluk dengan makhluk lainnya, maka yang pertama kali dihisab adalah dalam masalah darah.

Hadits Abu Hurairah di atas juga menunjukkan keutamaan shalat sunnah secara khusus, bahwa dia dijadikan sebagai penyempurna dari kekurangan yang terjadi dalam shalat wajib, baik kekurangan dari sisi pelaksanaan zhahir maupun kekurangan dari sisi batin dan roh shalat tersebut, yaitu kekhusyuan. Wallahu a’lam

Source : http://al-atsariyyah.com/keutamaan-shalat.html

Source : http://islam-download.net/artikel-islami/keutamaan-shalat.html

Keutamaan Sholat Dhuha

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada suri tauladan kita, Nabi MuhammadShallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang setia mengikutinya sampai datang hari kiamat, amin.

Para pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala, dalam edisi ini insya Allah akan kami uraikan perkara yang berkaitan dengan shalat Dhuha. Semoga sedikit yang disampaikan ini bisa menggugah hati kita untuk mau membiasakan diri melaksanakannya, amin.

DEFINISI DAN KEUTAMAANNYA

Dhuha secara bahasa artinya waktu terbitnya matahari atau naiknya matahari. Sedangkan menurut istilah ahli fiqih, dhuha adalah waktu antara naiknya matahari sampai menjelang zawal (tergelincir matahari). Jadi shalat Dhuha artinya shalat sunnah yang dilakukan pada waktu antara naiknya matahari sampai menjelang zawal.

Banyak hadist yang menjelaskan tentang keutamaan shalat Dhuha, diantaranya hadist dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sesungguhnya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Setiap ruas jari salah seorang di antara kalian wajib untuk disedekahi setiap hari. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, mengajak kepada kebaikan adalah sedekah, dan mencegah dari kemungkaran juga sedekah. Dan semua itu bisa tercukupi (setara) dengan dua raka’at yang dia lakukan di waktu Dhuha.”[1]

Dalam hadist yang lain, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Dalam tubuh manusia ada 360 ruas tulang. Maka wajib baginya setiap hari untuk menyedekahi atas masing-masing ruas tulang tadi dengan suatu sedekah.” Para sahabat bertanya, ‘Siapa yang mampu melakukannya, wahai Rasulullah?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Dahak yang kamu lihat di dalam masjid lalu kami menimbunnya, atau sesuatu yang (mengganggu) kamu singkirkan dari jalan (termasuk sedekah), kemudian apabila kamu tidak mampu, maka dua raka’at di waktu Dhuha sudah mencukupi bagimu.” [2]

Dalam hadist yang lain dijelaskan :

“Shalatnya orang yang bertaubat adalah ketika anak unta mencari tempat yang teduh.” [3]

HUKUM SHALAT DHUHA

Ulama berselisih pendapat tentang hukum shalat Dhuha :

1. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa shalat Dhuha hukumnya sunnah secara mutlak, dan sebaiknya seseorang bisa membiasakannya setiap hari. Mereka berdalil beberapa hadist, diantaranya :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : “Kekasih saya (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) telah berwasiat kepada saya dengan tiga perkara : Puasa tiga hari dalam setiap bulan, shalat dua raka’at di waktu Dhuha, dan shalat Witir sebelum tidur.” [4]

Dan juga keumuman hadist yang menjelaskan keutamaan shalat dhuha, khususnya hadist yang menjelaskan bahwa shalat Dhuha bisa mengganti kewajiban sedekah atas setiap ruas tulang setiap harinya.

Dan juga keumuman sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dikerjakan secara berkelanjutan meskipun sedikit.” [5]

2. Disunnahkan dilakukan kadang-kadang, tidak terus menerus. Diantara dalil yang dipakai pendapat ini adalah :

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata : “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat Dhuha sampai-sampai kami mengatakan beliau tidak meninggalkannya. Dan beliau juga meninggalkan shalat Dhuha sampai-sampai kami mengatakan beliau tidak mengerjakannya.” [6]

Fulan bin Jarud berkata kepada Anas radhiyallahu ‘anhu : “Apakah Nabi shalat Dhuha ?” Dia menjawab, “Saya tidak melihat beliau melakukan shalat Dhuha selain hari tersebut.” [7]

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata : “Sungguh apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan suatu amalan padahal beliau senang melakukannya, maka itu karena beliau khawatir manusia akan ikut melakukannya lalu diwajibkan atas meraka. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melaksanakan shalat Dhuha sama sekali, tapi aku sendiri sungguh melakukannya.” [8]

3. Tidak disunnahkan kecuali apabila ada sebabnya, seperti ketika seseorang luput shalat malam maka disunnahkan baginya untuk mengqadha’-nya diwaktu Dhuha. Diantara dalil yang menunjukkan pendapat ini :

a. Apa yang diceritakan Ummu Hani’ bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk rumahnya pada waktu Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah), lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dan shalat delapan raka’at di waktu Dhuha.[9]

Mereka mengatakan :’Shalat delapan raka’at yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebabkan oleh Fathu Makkah, dan kebetulan dilakukan di waktu Dhuha’.

b. Kisah shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah ‘Itban bin Malik ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diundang datang ke rumahnya untuk melaksanakan shalat, yang akhirnya tempat shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dijadikan sebagai musholla (tempat shalat), dan shalat yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertepatan di waktu Dhuha.[10]

c. Aisyah radhiyallahu ‘anha menjelaskan ketika ditanya Abdullah bin Syaqiq : “Apakah RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat Dhuha ?” maka dia menjawab, “Tidak, kecuali apabila beliauShallallahu ‘alaihi wa sallam pulang dari bepergian.”[11]

Dari tiga pendapat diatas, pendapat yang lebih mendekati kebenaran insya Allah pendapat yang pertama, yaitu disunnahkan shalat Dhuha secara mutlak, dan juga disunnahkan untuk dibiasakan setiap hari, berdasarkan keumuman hadist yang memberikan dorongan untuk melaksanakan shalat Dhuha. Terlebih lagi hadist yang menjelaskan bahwa shalat Dhuha bisa menggantikan 360 sedekah atas ruas tulang manusia yang setiap harinya wajid disedekahi.

Adapun berkaitan dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau tidak membiasakannya setiap hari, maka ini bukan berarti shalat Dhuha tidak disyari’atkan. Sebab kebiasaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambukanlah merupakan syarat disyar’atkannya suatu amalan. Oleh karena itulah Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata :“Dan tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat Dhuha sama sekali, tapi aku sendiri benar-benar melakukannya.”[12]

WAKTU DAN JUMLAH RAKA’AT

Waktu shalat Dhuha diawali sejak naiknya matahari, yaitu sekitar ¼ jam setelah munculnya matahari sampai menjelang zawal (tergelincirnya matahari), selagi belum masuk waktu terlarang untuk shalat. Dan sebaiknya seseorang yang ingin melaksanakan shalat Dhuha agar mengakhirkan waktunya sampai sengatan terik matahari terasa panas, berdasarkan hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Shalatnya orang-orang yang bertaubat adalah ketika anak unta mencari tempat yang teduh.” Dan ini biasanya terjadi menjelang zawal.

Shalat Dhuha minimalnya dua raka’at, tanpa ada perselisihan di kalangan ulama. Hal ini berdasarkan hadist yang disampaikan di muka : “Dan semua itu bisa tercukupi (setara) dengan dua raka’at yang di lakukan di waktu Dhuha.”[13] dan juga berdasarkan wasiatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Hurairahradhiyallahu ‘anhu untuk tidak meninggalkan dua raka’at di waktu Dhuha.

Namun mereka berselisih pendapat tentang batas maksimalnya. Ada yang berpendapat maksimal adalah delapan raka’at, berdasarkan hadist dari Abdurrahman bin Abin Laila radhiyallahu ‘anhu dia berkata : “Tidak ada seorang pun yang mengabarkan kepada saya bahwasanya dia melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat Dhuha kecuali Ummu Hani’. Sesungguhnya dia menceritakan bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk rumahnya pada waktu Fathu Makkah, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat delapan raka’at [14]

Dan ada yang berpendapat maksimalnya dua belas raka’at, berdasarkan hadist dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa shalat Dhuha dua belas raka’at, maka Allah akan membangunkan istana untuknya di surga kelak.”[15]

Dan diantara mereka ada yang berpendapat tidak ada batas maksimalnya. Dan inilah pendapat yang lebih benarinsya Allah, berdasarkan hadist dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata : “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat Dhuha empat raka’at dan beliau menambah (jumlah raka’atnya) sesuai kehendak Allah.” [16]

Adapun penjelasan Ummu Hani’ bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat delapan raka’at pada saatFathu Makkah, maka sebagian ulama menjelaskan bahwa shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamwaktu itu adalah shalat Fath, bukan shalat Dhuha. Anggaplah shalat itu adalah shalat Dhuha, maka jumlah delapan raka’at yang dilakukan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu tidak menunjukkan pembatasan, tapi merupakan kejadian tertentu atau kebetulan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalatnya delapan raka’at.

Wallahu a’lam bish shawab.

Sumber: Majalah Almawaddah, vol. 36 Edisi Khusus Dzulhijjah 1431 H-Muharram 1432 H, November 2010 –Januari 2011

Artikel: http://ibnuabbaskendari.wordpress.com/2011/02/22/shalat-dhuha-shalatnya-orang-orang-yang-bertaubat/

[1] HR. Muslim 720

[2] HR. Abu Dawud 5242 dan Ahmad 5/354

[3] HR. Muslim 748

[4] HR. al-Bukhari 1178 dan Muslim 721

[5] HR. al-Bukhari 43 dan Muslim 785

[6] HR. at-Tirmidzi 477, didho’ifkan Syaikh al-Albani rahimahullah dalam al-Irwa’ 460

[7] HR. al-Bukhari 670

[8] HR. al-Bukhari 1128 dan Muslim 718

[9] Shahih Bukhari 1103 dan Muslim 336

[10] Shahih Bukhari 670

[11] Shahih Muslim 717

[12] HR. al-Bukhari dan Muslim

[13] HR. Muslim 720

[14] HR. al-Bukhari 1176

[15] HR. at-Tirmidzi 473, didho’ifkan Syaikh al-Albani rahimahullah

[16] HR. Muslim 719

Source : http://islam-download.net/artikel-islami/keutamaan-shalat-dhuha.html

Kumpulan Link Situs Islami

WEBSITE DOWNLOAD

* Islam Download (http://islam-download.net)
* Muslim Download (http://muslim-download.net)
* Quran Download (http://quran-download.net)
* Download MP3 Kajian (http://kajian.net)

WEBSITE ILMIAH (BAHASA INDONESIA)

* Al-Manhaj (http://almanhaj.or.id/)
* Daarus Sunnah (http://www.daarussunnah.co.nr/)
* Fatwa Ulama (http://www.fatwa-ulama.com/)
* Forum Studi Unand Padang (http://forum-unand.blogspot.com/)
* Majalah Nikah (http://majalah-nikah.com/)
* Manhaj.or.id (http://www.manhaj.or.id/)
* Perpustakaan Islam (http://www.perpustakaan-islam.com/)
* Sholat Kita (http://sholat-kita.cjb.net/)
* Starter Page (http://www.salafi.or.id/)
* Villa Baitullah (http://vbaitullah.or.id/)
* Hakekat Syi’ah Imamiyah (http://hakekat.com/)
* Kursus Bahasa Arab Online (http://badar.muslim.or.id/)
* Yayasan Dar el-Iman Padang (http://www.dareliman.or.id/)
* Google Assunnah (http://google.assunnah.web.id/)
* Tarbiyah Singapore (http://tarbiyah-sg.info/)
* Feed Situs As Sunnah (http://situs.assunnah.web.id/)
* Forum Assunnah (http://forum.assunnah.web.id/)
* Majalah EL-FATA (http://majalah-elfata.com/)
* Majalah Assaliim (http://majalah-assaliim.com/)
* Ngaji Online (http://ngaji-online.com/)
* Buletin At-Tauhid (http://buletin.muslim.or.id/)

WEBSITE ILMIAH (BAHASA ARAB)

* Ahlul Hadits wal Atsar (http://www.alathar.net/)
* Al-Menhaj (http://almenhaj.net/)
* Majalah Al-Ashalah (http://asaala.net/)
* Maktabah Misykatul Islamiyyah (http://www.almeshkat.net/books/)
* Maktabah Ruuhul Islam (http://islamspirit.com/)
* Maktabah Sahab Salafiyyah (http://www.sahab.org/)
* Maktabah Shayidul Fawaid (http://saaid.net/book/index.php)
* Markaz Albani (http://albanicenter.net/)
* Multaqo Salafiyyah (http://www.salafiyat.com/)
* Muntadiyat al-Barq (http://www.al-barq.net/)
* Syabakah Thoriqotis Salaf (http://alsalafway.com)

WEBSITE ILMIAH (BAHASA INGGRIS)

* Abdur Ra’uf Shakir (http://www.islamlecture.com/)
* Ahlul Hadeeth (http://www.ahlulhadeeth.net/php/)
* Al Baseerah (http://www.albaseerah.org/)
* Al Ibanah (Ismail al-Arcoon) (http://al-ibaanah.com/)
* Al-Muflihoon (http://www.almuflihoon.com/)
* Albani Center (http://www.asaala.com/)
* Call to Islam (http://calltoislam.com/)
* Darul Ihsan (http://www.darulehsaan.com/)
* Darul Kitab wal Hikmah (http://www.dkh-islam.com/)
* DR. Bilal Philips (http://bilalphilips.com/)
* DR. Salih as-Saalih (http://www.understand-islam.net/)
* Fatwa Online (http://www.fatwa-online.com/)
* Islamic Knowledge (http://www.islamicknowledge.co.uk/)
* Jalal Abu Alrub (http://www.islamlife.com/news.php)
* Madeenah (http://www.madeenah.com/)
* Nadir Ahmad (http://www.examinethetruth.com/)
* Riyadhus Salihin (http://www.ryadussalihin.org/en/)
* Salafi Manhaj (http://salafimanhaj.com/)
* Umm Junayd (http://ummjunayd.info/)

WEBSITE MUSLIMAH (INDONESIA)

* Muslimah.or.id (http://www.muslimah.or.id/)
* Jilbab (http://www.jilbab.or.id/)
* Ummu Salma (http://ummusalma.wordpress.com)
* Akhwat Salafiyyah (http://akhwat.web.id)

WEBSITE RADIO ONLINE ISLAMI

* Radio Rodja Online (http://www.radiorodja.com/)
* Radio Hang Batam (http://www.hang106.or.id/)
* Radio Muslim (http://radiomuslim.com/)
* Radio As Sunnah Cirebon (http://radioassunnah.com)
* Radio Suara Qur’an (http://suaraquran.com)

INFORMASI KAJIAN ISLAM

* Jadwal Kajian (http://jadwal.kajian.org/)
* Info Kajian Muslim (http://muslim.or.id/infokajian/)

WEBSITE LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

* Ma’had Imam Bukhari Solo (http://bukhari.or.id)
* Ma’had ‘Ali Al-Irsyad Surabaya (http://mahad.info)
* Madrasah Imam Ahmad bin Hanbal Semarang (http://binhambal.wordpress.com/)
* PP Hidayatunnajah (http://hidayatunnajah.wordpress.com)
* Yayasan Al Kahfi Batam (http://alkahfi.co.id)
* Al Madinah International University (http://mediujogja.com)

WEBSITE PARA ULAMA

* Abdul Azhim Badawi (http://www.ibnbadawy.com/)
* Abdul Aziz Alu Syaikh (http://www.sahab.ws/5600/news/3399.html)
* Abdul Aziz ar-Rajihi (http://www.sh-rajhi.com/rajhi/)
* Abdul Aziz ar-Rayyis (http://islamancient.com/)
* Abdul Aziz bin Bazz (http://www.ibnbaz.org.sa/)
* Abdul Aziz Bura’i (http://www.alburaie.com/new/index.php)
* Abdul Karim Al Khudhair (http://www.khudheir.com/) BARU
* Abdul Muhsin Abbad (http://www.alabad.jeeran.com/)
* Abdul Muhsin Ubaikan (http://www.obaykan.com/)
* Abdul Qadir al-Arnauth (http://www.alarnaut.com/)
* Abdullah al-Fauzan (http://www.alfuzan.islamlight.net/)
* Abdullah azh-Zhafiri (http://www.sahab.ws/6111)
* Abdullah Jibrin (http://www.ibn-jebreen.com/)
* Abdur Razaq Afifi (http://www.afifyy.com/)
* Abdur Razaq Al Abbad Al Badr (http://www.al-badr.net/) BARU
* Abdus Salam Barjas (http://www.burjes.com/)
* Abu Abdil Muiz Firkuz (http://www.ferkous.com/rep/index.php)
* Abu Ashim al-Ghomidi (http://www.abouassim.net/)
* Abu Bakr al-Mishri (http://www.abu-bkr.com/)
* Abu Ishaq Al Huwaini (http://www.al-heweny.com) BARU
* Abu Islam Shalih Thaha (http://www.abuislam.net/)
* Abu Malik al-Juhanni (http://abumalik.net/)
* Abu Umar al-Utaibi (http://www.otiby.net/)
* Ahmad Yahya Najmi (http://njza.net/web/)
* Ali Hasan al-Halabi (http://www.alhalaby.com/)
* Ali Ridha (http://www.albaidha.net/vb/)
* Ali Yahya al-Haddadi (http://www.haddady.com/)
* Alwi as-Saqqof (http://www.dorar.net/)
* Hisyam al-Arifi (http://www.aqsasalafi.com/)
* Imam al-Ajurri (http://www.ajurry.com/)
* Kholid al-Mushlih (http://www.almosleh.com/index.shtml)
* Lajnah Daimah Saudi Arabia (http://www.alifta.com/default.aspx)
* M Ismail Muqoddam (http://www.m-ismail.com/)
* M. Abdillah al-Imam (http://www.sh-emam.com/)
* M. al-Hamud an-Najdi (http://www.al-athary.net/)
* M. Aman al-Jami (http://www.aljami.net/)
* M. Ibrahim al-Hamd (http://toislam.net/)
* M. Khalifah Tamimi (http://www.mediu.org/)
* Majdi Arafat (http://www.magdiarafat.com/)
* Masyaikh Sudan (http://www.marsed.org/)
* Masyhur Hasan Salman (http://www.mashhoor.net/)
* Muhammad Al-Maghrawi (http://maghrawi.net/)
* Muhammad al-Utsaimin (http://www.ibnothaimeen.com/)
* Muhammad Hassan (http://www.mohamedhassan.org) BARU
* Muhammad Husain Ya’qub (http://www.yaqob.com) BARU
* Muhammad Musa Nashr (http://www.m-alnaser.com/)
* Muhammad Said Ruslan (http://www.rslan.com/) BARU
* Muqbil bin Hadi (http://www.muqbel.net/)
* Musthofa al-Adawi (http://aladawy.info/)
* Nashir al-Barrak (http://albarrak.islamlight.net/)
* Nashirudin al-Albani (http://www.alalbany.net/)
* Robi’ al-Madkholi (http://www.rabee.net/)
* Sa’ad al-Hushayin (http://www.saad-alhusayen.com/)
* Said Abdul Azhim (http://www.al-fath.net/)
* Salim al-Ajmi (http://sahab.ws/3250)
* Salim Ied al-Hilali (http://islam-future.com/)
* Shalih al-Fauzan (http://www.alfawzan.ws/alfawzan/default.aspx)
* Shalih as-Suhaimi (http://www.assuhaimi.com/)
* Shalih Sa’ad as-Suhaimi (http://sahab.ws/4435)
* Sulthan al-Ied (http://www.sahab.ws/3147)
* Taqiyudin al-Hilali (http://www.alhilali.net/)
* Ulama Yaman (http://www.olamayemen.com/html/)
* Wahid Abd Salam Bali (http://www.waheedbaly.com/)
* Yahya al-Hajuri (http://www.sh-yahia.net/)

WEBSITE USTADZ (INDONESIA)

* Ustadz Abu Ali Nur Ahmad (http://noorakhmad.blogspot.com/)
* Ustadz Abu Zubair Al Hawari (http://abuzubair.net/)
* Ustadz Abu Ukasyah (http://abu-ukkaasyah.co.cc)
* Ustadz Kholid Syamhudi (http://ustadzkholid.com)
* Ustadz Abu Salma (http://abusalma.wordpress.com/)

BLOG ILMIAH

* Akh Abu Faris Adni Kurniawan (http://adniku.wordpress.com)
* Akh Muhammad Abduh Tuasikal (http://rumaysho.wordpress.com/)
* Akh Bambang Wahono (http://wahonot.wordpress.com/)
* Akh Amir UNPAD (http://salafiyunpad.wordpress.com/)
* Syababussunnah (http://www.syabaabussunnah.co.cc/)
* Akh Ari Wahyudi (http://abu0mushlih.wordpress.com/)
* Akh Andi Abu Thalib (http://abuthalib.blogspot.com/)
* Akh Apri Hernowo (http://albamalanjy.wordpress.com)
* Akh Herry Septiadi (http://herryseptiadi.multiply.com)
* Akh Eko Mas Uri Rohman (http://ekomasurirochman.blogspot.com)

Source : http://islam-download.net/download-islami/kumpulan-link-situs-islami.html

KEUTAMAAN DO’A DAN DZIKIR

KEUTAMAAN DO’A

Allah berfirman:

ayat19.jpg

“Dan Rabb-mu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah (berdo’a) kepada-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”(QS Al Mu’min :60)



Allah berfirman:

ayat28.jpg

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang-Ku, maka (jawablah) bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS.Al Baqarah:186)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

ayat37.jpg

“Do’a adalah ibadah, Rabb kalian berfirman: ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya Aku akan memperkenankan bagimu.” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah)

ayat45.jpg

“Do’a itu bermanfaat terhadap apa yang sudah menimpa atau yang belum menimpa. Oleh karena itu wahai sekalian hamba Allah, hendaklah kalian berdo’a.”(HR. At Tirmidzi, dan al Hakim)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga bersabda:

ayat53.jpg

“Sesungguhnya Rabb kalian Yang Mahasuci lagi Mahatinggi itu Mahamalu lagi Mahamulia, Dia malu terhadap hamba-Nya jika dia mengangkat kedua tangannya kepada-Nya untuk mengembalikan keduanya dalam keadaan kosong (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Dawud. at Tirmidzi, Ibnu Majah)

Selan itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga bersabda:

“Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah dengan suatu doa yang didalamnya tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturahmi, meliankan Allah akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga kemungkinan; (yaitu) dikabulkan segera doanya itu, atu Dia akan menyimpan baginya di akhirat kelak, atau Dia akan menghindarkan darinya keburukan yang semisalnya.” Maka para sahabatpun berkata: “Kalau begitu kita memperbanyaknya.” Beliau bersabda: “Allah lebih banyak (memberikan pahala).” (HR. Ahmad, Bukhari dalam Adabul Mufrad, Al Hakim dan at Tirmidzi. Di Shahihkan oleh Syaikh al Albani).



KEUTAMAAN DZIKIR

Allah berfirman:

ayat64.jpg



“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan). Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah:152)

ayat72.jpg

“Dan sebutlah (Nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut (pada siksa-Nya), serta tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan sore hari. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al- A’raaf:205)

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut Nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al Ahzaab:41)

“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (Nama) Allah, maka Allah telah menyediakan untuk mereka pengampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab:35)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

ayat82.jpg

“Maukah kamu aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Raja-mu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu dari infak emas atau perak, dan lebih baik bagimu daripada daripada beretmu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka yang memenggal lehermu?” Para sahabat yang hadir berkata: “Mau (wahai Rasulullah)!” Beliau bersabda: “Dzikir kepada Allah Yang Mahatinggi.” (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah. Hadits shahih)

ayat91.jpg

“Perumpamaan orang yang ingat (berdzikir) kepada Rabb-nya dengan orang yang tidak ingat (berdzikir) kepada Rabb-nya laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Bukhari)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Allah Ta’ala berfirman: ‘Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, Aku bersamanya bila dia ingat Aku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia menyebut nama-Ku dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam suatu perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Al Bukhari dan Muslim, lafazd ini adalah lafadz Bukhari)

Dari ‘Abdullah bin Busr radhiallahu ‘anhu, dia menerangkan bahwa ada seorang laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam telah banyak bagiku, oleh karena itu beritahukanlah aku (tentang) sesuatu untuk (dijadikan) pegangan.” Beliau bersabda:

ayat101.jpg

“Tidak henti-hentinya lidahmu basah karena dzikir kepada Allah (lidahmu selalu mengucapkannya).” (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah)

ayat112.jpg

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al Qur’an, akan mendapatkan satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan akan dilkipatkan sepuluh kali lipat. ‘Aku tidak berkata ‘Alif laam miim, satu huruf’. Akan tetapi alif saru huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” (HR. At Tirmidzi)

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam keluar, sedang kami diserambi masjid Nabawi. Lalu beliau bersabda:‘Siapakah diantara kalian yang senang berangkat di waktu pagi setiap hari ke Buth-han atau al ‘Aqiq, lalu kembali dengan membawa dua unta yang besar punuknya, tanpa mengerjakan dosa atau memutus silaturrahmi?’ Kami (yang hadir) berkata: ‘Ya, kami senang wahai Rasulullah!’ Lalu beliau bersabda: ‘Apakah seseorang di antara kalian tidak berangkat ke masjid di waktu pagi, lalau memahami atau membaca dua ayat al Qur’an, hal itu lebih baik baginya daripada dua unta. Dan (bila memahami atau membaca) tiga (ayat) akan lebih baik daripada memperoleh tiga (unta). Dan (memahami atau mengajarkan) empat ayat akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat (unta), dan demikian dari seluruh bilangan unta.’”

(HR. Muslim)

ayat122.jpg

“Barangsiapa yang duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, pastilah dia mendapatkan hukuman dari Allah dan barangsiapa yang berbaring dalam suatu tempat lalu tidak berdzikir kepada Allah, pastilah mendapatkan hukuman dari Allah.” (HR. Abu Dawud)

“Apabila suatu kaum duduk di majelis, lantas tidak berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, pastilah ia menjadi kekurangan dan penyesalan mereka, maka jika Allah menghendaki, (Dia) akan menyiksa mereka dan jika menghendaki, (Dia) akan mengampuni mereka.” (HR. At Tirmidzi dan Ahmad.)

ayat132.jpg

“Setiap kaum yang bangkit dari suatu majelis yang mereka tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, maka selesainya majelis itu seperti bangkai keledai dan hal itu menjadi penyesalan mereka (di hari kiamat).” (HR. Abu Dawud, Ahmad dan al Hakim)

Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani rahimahullah menjelaskan: “Hadits-hadits ini menunjukkan wajibnya berdzikir kepada Allah dan bershalawat kepada RasulullahShalallahu ‘Alaihi Wassalam dalam setiap majelis, karena di dalam hadits-hadits tersebut terdapat kata-kata:

* ‘Jika Allah menghendaki, Allah akan siksa dan jika Allah menghendaki, Dia mengampuni mereka.’
* ‘Mereka bangkit seperti bangkai keledai’, hal ini merupakan penyerupaan tentang jeleknya amal mereka.
* ‘Orang-orang yang tidak berdzikir akan menyesal pada hari Kiamat.’

Imam Al Munawi berkata: Ditekankan berdzikir kepada Allah dan bershalawat kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dalam majelis dan ketika bangkit dari majelis dengan lafazh mana saja (yang disesuaikan), dan yang paling sempurna adalah dengan kaffaaratul majelis.’” (Lihat Silsilah al Ahaadiits ash Shahiihah I/162-163)

Maraji’: Kitab Do’a dan Wirid Mengobati Guna-Guna dan Sihir Menurut Al Q ur’an dan as Sunnah, penulis Ustadz Yasid bin Abdul Qadir Jawas, penerbit Pustaka Imam Asy Syafi’i

Source : http://abuzubair.wordpress.com/2007/09/08/keutamaan-doa-dan-dzikir/

Source : http://islam-download.net/artikel-islami/keutamaan-doa-dzikir.html

Kamis, 14 Juli 2011

ingat mati

Kematian merupakan persinggahan pertama manusia di alam akhirat. Al Qurthubiy berkata dalam At Tadzkirah, “Kematian ialah terputusnya hubungan antara ruh dengan badan, berpisahnya kaitan antara keduanya, bergantinya kondisi, dan berpindah dari satu negeri ke negeri lainnya.” Yang dimaksud dengan kematian dalam pembahasan berikut ini adalah al maut al kubra, sedangkan al maut ash shughra sebagaimana dimaksud oleh para ulama, ialah tidur. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Az Zumar : 42)[1]

Orang yang Cerdas

Orang yang cerdas adalah orang yang tahu persis tujuan hidupnya. Kemudian mempersiapkan diri sebaik-baiknya demi tujuan tersebut. Maka, jika akhir kesempatan bagi manusia untuk beramal adalah kematian, mengapa orang-orang yang cerdas tidak mempersiapkannya?

Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan)[2]

Pemutus Segala Kelezatan

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan’, yaitu kematian. (HR. At Tirmidzi, Syaikh Al Albaniy dalam Shahih An Nasa’iy 2/393 berkata : “hadits hasan shahih”)

Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaly hafizhahullah menjelaskan perihal hadits di atas, “Dianjurkan bagi setiap muslim, baik yang sehat maupun yang sedang sakit, untuk mengingat kematian dengan hati dan lisannya. Kemudian memperbanyak hal tersebut, karena dzikrul maut (mengingat mati) dapat menghalangi dari berbuat maksiat, dan mendorong untuk berbuat ketaatan. Hal ini dikarenakan kematian merupakan pemutus kelezatan. Mengingat kematian juga akan melapangkan hati di kala sempit, dan mempersempit hati di kala lapang. Oleh karena itu, dianjurkan untuk senantiasa dan terus menerus mengingat kematian.”[3]

Dan Merekapun Ingin Kembali

Sebaliknya orang-orang yang semasa hidupnya sangat sedikit mengingat mati, dari kalangan orang-orang kafir dan mereka yang tidak menaati seruan para Rasul, akan meminta tangguh dan udzur ketika bertemu dengan Rabb mereka kelak di akhirat. Inilah penyesalan yang paling mendalam bagi manusia yang tidak mengingat kematian.

“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang dzalim: “Ya Rabb kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?” (QS. Ibrahim : 44)

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Wahai Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang shaleh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Munafiqun : 10-11)

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “ Wahai Rabb-ku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal shaleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.” (QS. Al Mu’minun : 99-100)[4]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’diy berkata mengenai ayat dalam Surat Al Mu’minun, “Allah Ta’ala mengabarkan keadaan orang-orang yang berhadapan dengan kematian, dari kalangan mufrithin (orang-orang yang bersikap meremehkan perintah Allah -pent) dan orang-orang yang zhalim. Mereka menyesal dengan kondisinya ketika melihat harta mereka, buruknya amalan mereka, hingga mereka meminta untuk kembali ke dunia. Bukan untuk bersenang-senang dengan kelezatannya, atau memenuhi syahwat mereka. Akan tetapi mereka berkata, ‘Agar aku berbuat amal shaleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan.” Beliau kembali menjelaskan, “Apa yang mereka perbuat tidaklah bermanfaat sama sekali, melainkan hanya ada kerugian dan penyesalan. Pun perkataan mereka bukanlah perkataan yang jujur, jika seandainya mereka dikembalikan lagi ke dunia, niscaya mereka akan kembali melanggar perintah Allah.”[5]

Pendekkan Angan-Anganmu!

Sikap panjang angan-angan akan membuat seseorang malas beramal, mengira hidup dan umur mereka panjang sehingga menunda-nunda dalam beramal shalih.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu beliau berkata, “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membuat segi empat, kemudian membuat garis panjang hingga keluar dari persegi tersebut, dan membuat garis-garis kecil dari samping menuju ke tengah. Kemudian beliau berkata, ‘Inilah manusia, dan garis yang mengelilingi ini adalah ajalnya, dan garis yang keluar ini adalah angan-angannya. Garis-garis kecil ini adalah musibah dalam hidupnya, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini.” (HR. Bukhari, lihat Fathul Bari I/236-235)

Dari Anas beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Setiap anak Adam akan menjadi tua dan hanya tersisa darinya dua hal: ambisi dan angan-angannya”[6]

Oleh karena itu, di antara bentuk dzikrul maut adalah memperpendek angan-angan, dan tidak menunda-nunda dalam beramal shalih.

Dari Ibnu Umar radliyallaahu ‘anhuma ia berkata : Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam pernah memegang pundak kedua pundakku seraya bersabda : “Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “. Ibnu Umar berkata : “Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu”. (HR. Al-Bukhari, lihat Al Fath I/233)

Faktor-Faktor yang Dapat Mengingatkan Kematian

[1] Ziarah kubur, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berziarah kuburlah kalian sesungguhnya itu akan mengingatkan kalian pada akhirat” (HR. Ahmad dan Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)[7]

[2] mengunjungi mayit ketika dimandikan dan melihat proses pemandiannya

[3] menyaksikan proses sakaratul maut dan membantu mentalqin

[4] mengantar jenazah, menyolatkan, dan ikut menguburkannya

[5] membaca Al Qur’an, terutama ayat-ayat yang mengingatkan kepada kematian dan sakaratul maut. Seperti firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya” (QS. Qaaf : 19)

[6] merenungkan uban dan penyakit yang diderita, karena keduanya merupakan utusan malaikat maut kepada seorang hamba

[7] merenungkan ayat-ayat kauniyah yang telah disebutkan Allah Ta’ala sebagai pengingat bagi hamba-hambaNya kepada kematian. Seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, badai, dan sebagainya

[8] menelaah kisah-kisah orang maupun kaum terdahulu ketika menghadapi kematian, dan kaum yang didatangkan bala’ atas mereka

Faidah Mengingat Kematian

Di antara faidah mengingat kematian adalah : [1] memotivasi untuk mempersiapkan diri sebelum terjadinya kematian; [2] memendekkan angan-angan, karena panjang angan-angan merupakan sebab utama kelalaian; [3] menjadikan sikap zuhud terhadap dunia, dan ridha dengan bagian dunia yang telah diraih walaupun sedikit; [4] sebagai motivasi berbuat ketaatan; [5] sebagai penghibur seorang hamba tatkala memperoleh musibah dunia; [6] mencegah dari berlebih-lebihan dan melampaui batas dalam menikmati kelezatan dunia; [7] memotivasi untuk segera bertaubat dan memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat; [8] melembutkan hati dan mengalirkan air mata, mendorong semangat untuk beragama, dan mengekang hawa nafsu; [9] menjadikan diri tawadhu’ dan menjauhkan dari sikap sombong dan zhalim dan; [10] memotivasi untuk saling memaafkan dan menerima udzur saudaranya.[8]

Source : http://islam-download.net/artikel-islami/ingatlah-mati.html

10 website islam

Saat ini ada banyak sekali website Islami yang sekarang ada di jagat maya Indonesia. Ribuan bahkan mungkin puluhan ribu website/blog Islami di Indonesia ini. Alhamdulillaah, ini adalah sebuah nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, tanda bangkitnya dakwah Islam di dunia pada umumnya, dan di Indonesia pada khususnya. Dan website-website tersebut, terbagi dalam berbagai kategori dan tema masing-masing. Alhamdulillaah.

Namun dengan banyaknya website yang tersedia tersebut, hal ini menjadi sebuah kebingungan tersendiri bagi banyak orang, terutama mengenai mana website Islami yang terbaik dan terlengkap berdasar kategori masing-masingnya. Karenanya, berikut kami mencoba untuk memilihkan 10 website Islami berbahasa Indonesia terbaik dalam kategorinya masing-masing, untuk membantu Anda semua.

1. Artikel Islami : Muslim.or.id

Muslim.or.id adalah sebuah website umum yang berisikan ribuan artikel Islami yang bermanfaat. Kelebihan dari website yang satu ini dibanding website lainnya adalah cara penulisan artikelnya yang ilmiah (penuh dalil, dengan penyebutan sumbernya) dan gaya bahasa yang ringan. Mudah untuk difahami bahkan untuk yang baru belajar Islam.

Sebenarnya ada lagi yang cukup bagus, yaitu Almanhaj.or.id. Kalau yang satu ini lebih simple, hanya saja kurang interaktif. Jadi, kami masih lebih memilih muslim.or.id.

2. Artikel Muslimah : Muslimah.or.id

Website yang satu ini adalah “saudari kandung” dari website muslim.or.id. Sama seperti “saudara kandung”-nya, website ini pun menyajikan artikel-artikel Ilmiah Islami untuk para pembacanya. Satu hal yang membedakan dengan muslim.or.id adalah, website muslimah.or.id ini lebih ditujukan untuk muslimah. Bagi Anda para wanita, insyaaAllah bisa menarik berbagai manfaat dari website ini.

3. Search Engine Islami : Yufid.com

Pernah bingung mencari artikel Islami di internet? Tidak dapat artikel yang diinginkan walau sudah lama “googling”? Coba Yufid.com! Website yang satu ini merupakan sebuah “simple search engine” khusus untuk artikel-artikel Islami. Anda bisa manfaatkan web ini untuk mendapat hasil pencarian artikel Islami secara cepat, akurat dan mudah, insyaaAllah.

4. Download Video Ceramah : Yufid.tv

Yufid.tv adalah sebuah website yang menyediakan berbagai rekaman ceramah asatidz (ustadz-ustadz) dari seluruh Indonesia dalam bentuk video. Walau bukan website download rekaman ceramah pertama di Indonesia, menurut kami hingga saat artikel ini ditulis, Yufid.tv adalah yang terbaik dari beberapa segi : isi materinya, dan juga desainnya.

5. Download Audio Ceramah : Kajian.net

Kajian.net, seperti namanya, menyediakan berbagai rekaman kajian-kajian (ceramah) Islami yang bisa Anda download dengan gratis. Rekaman-rekamannya didapatkan dari berbagai ceramah ustadz-ustadz di berbagai daerah. Cocok didengar sambil bekerja/belajar, maupun untuk teman di perjalanan.

6. Download Umum (software, ebook, dll) : Islam-Download.net

Salah satu website yang “paling lengkap” dan juga “paling tua” umurnya di Indonesia (sejak tahun 2007), dalam kategori download Islami umum. Di website yang satu ini tersedia lebih dari 2.500+ file Islami yang bisa Anda download, manfaatkan, dan Anda sebarkan ulang. Situs ini juga mempunyai “saudari” bernama Muslim-Download.net

7. Wirausaha/Bisnis Islami : PengusahaMuslim.com

Islam tidak hanya mengajarkan tentang ‘Aqidah, Syari’ah (Fikih), Tafsir Qur’an, Hadits dan berbagai “Ilmu Akhirat” saja. Akan tetapi, Islam juga mengatur berbagai masalah terkait kehidupan manusia di dunia yang lainnya. Salah satunya, peraturan tentang bisnis secara Islami. Untuk Anda yang tertarik, bisa dicoba untuk berkunjung ke website ini.

8. Tanya-Jawab Islami : KonsultasiSyariah.com

Jika Anda pernah punya pertanyaan terkait Islam yang membuat Anda bingung akan jawabannya? Di saat seperti itu, Anda perlu untuk mencari jawabannya dengan bertanya kepada seorang ustadz/seorang ulama. Akan tetapi persoalannya, bagaimana kalau tidak ada ustadz/ulama yang bisa ditanyai di sekitar Anda?

Jika Anda berada di dalam kondisi seperti itu, mungkin website KonsultasiSyariah.com ini bisa menjadi salah satu solusinya. Di dalamnya ada banyak sekali artikel tanya-jawab seputar masalah Agama Islam yang insyaaAllah sangat bermanfaat. Siapa tahu salah satu pertanyaan yang “bersarang” di benak Anda sudah ada jawabannya di sana.

9. Belajar Bahasa Arab : BadarOnline.com

Bahasa Arab adalah bahasa Qur’an. Bahasa Arab adalah bahasa Hadits. Bahasa Arab adalah bahasa Islam. Betapa pentingnya bahasa Arab! Jika Anda pernah berminat untuk belajar bahasa Arab namun memiliki kendala jarak dan waktu untuk belajar “tatap muka” dengan seorang guru, atau sudah belajar tatap muka di tempat lain dan ingin menambah ilmu Anda tentang bahasa Arab, situs ini bisa Anda coba.

10. Facebook Page : Facebook.com/Rumaysho

Rumaysho namanya. Sebuah Facebook (FB) Page yang berisi khusus tentang dakwah Islami. Saat ini, halaman ini sudah memiliki setidaknya 360.000+ penggemar. Alhamdulillaah wa subhaanAllah. Salah satu yang membuat FB Page ini bernilai “lebih” dari website lainnya, adalah rutinnya update yang dilakukan dan ilmiahnya pembahasan yang dibawakan. Dan hal itulah salah satu hal yang membuat kami menganggap FB Page ini yang terbaik di Indonesia, untuk saat ini.

Untuk yang terakhir, sebenarnya kurang tepat jika disebut sebagai “website”, karena pada faktanya yang satu ini berupa “Facebook Page”. Namun karena Facebook Page yang satu ini adalah sebuah “halaman resmi” dari website Rumaysho.com, kami memasukkannya dalam kategori “website”.

Demikianlah 10 website Islami terbaik berdasar kategori masing-masing. Semoga bermanfaat, dan mohon disebarkan kepada teman/saudara Anda yang lainnya. Semoga menjadi amal shalih (pahala) bagi Anda.

Wassalaamu’alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh.

Source : http://islam-download.net/artikel-islami/top-10-website-islami.html

Selasa, 12 Juli 2011

10 sebab turunnya rahmat



10 Sebab Turunnya Rahmat Allah Ta'ala

Sesungguhnya Allah Ta'ala Maha Pemberi rahmat (kasih sayang). Bahkan sayangNya terhadap hamba-hambaNya lebih dari sayangnya seorang ibu kepada anaknya. Dengan kasih sayangNya, Dia menciptakan kita. Dengan rahmatNya, Dia memberikan rizki kepada kita. Dengan rahmatNya, Dia memberikan kesehatan kepada kita. Dengan rahmatNya, Dia memberikan makan dan minum, pakaian serta tempat tinggal kepada kita. Dengan rahmatNya, Dia menunjukkan kita kepada Islam dan Iman serta amal shalih. Dengan rahmatNya, Dia mengajarkan kepada kita apa yang tidak kita ketahui. Dengan rahmatNya, Dia memalingkan kejahatan musuh-musuh dari diri kita. Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Sesungguhnya Allah Ta'ala membela orang-orang yang telah beriman." (QS. al-Hajj: 38). Dengan rahmatNya, Dia menurunkan hujan dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan,. Dengan rahmatNya, Dia memasukkan hamba-hambaNya yang beriman dan yang beramal shalih ke dalam surga. Dengan rahmatNya, Dia menyelamatkan mereka dari Neraka.Segala sesuatu semuanya adalah berkat rahmat Allah Ta'ala. Oleh karenanya seorang muslim perlu mengetahui faktor penyebab, Allah Ta'ala memberikan rahmat kepada makhlukNya, yaitu:

* 1. Berbuat Ihsan dalam beribadah kepada Allah Ta'ala dengan menyempurnakan ibadah kepadaNya dan merasa dimonitor (diawasi) oleh Allah Ta'ala, bahwasanya kamu beribadah kepada Allah Ta'ala, seolah-olah kamu melihatNya, maka jika kamu tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu, dan berbuat baik kepada manusia semaksimal mungkin, baik dengan ucapan, perbuatan, harta, dan kedudukan. Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. al-A'raf: 56)

* 2. Dan di antara sebab-sebab yang paling utama untuk mendapatkan rahmat Allah Ta'ala adalah bertakwa kepadaNya dan menaatiNya dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, seperti mengeluarkan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya (Mustahiq), beriman dengan ayat-ayat Allah swt, dan mengikuti RasulNya. Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmatKu untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi." (QS. al-A'raf: 156, 157)

* 3. Kasih sayang kepada makhluk-makhlukNya baik manusia maupun binatang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Orang-orang yang penyayang, maka Allah Ta'ala akan menyayangi mereka (memberikan rahmat kepada mereka), sayangilah/ kasilah penduduk bumi, niscaya penduduk langit akan menyayangi kalian." (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi)

Dan hal itu lebih ditekankan lagi kepada orang-orang fakir dan miskin yang sangat membutuhkan. Sedangkan balasan (ganjarannya) sesuai dengan perbuatan, sebagaimana kita berbuat baik, maka kita akan mendapatkan balasan dari kebaikan tersebut.

* 4. Beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Baqarah: 218).

Maka orang-orang yang beriman selalu mengharapkan rahmat Allah Ta'ala setelah mereka melaksanakan sebab-sebab mendapatkan rahmat yaitu iman, hijrah, dan berjihad di jalan Allah Ta'ala. Adapun hijrah meliputi berpindah dari negri syirik ke negri Islam dan meninggalkan apa yang dilarang Allah Ta'ala dan RasulNya shallallahu 'alaihi wasallam, sebagaimana Rasululullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah Ta'ala." (Muttafaq 'alaih).

Sedangkan jihad mencakup jihad melawan hawa nafsu dalam menaati Allah Ta'ala, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Orang yang berjihad adalah orang yang memerangi hawa nafsunya dalam menaati Allah Ta'ala." (HR. al-Baihaqi).

Sebagaimana jihad meliputi pula jihad melawan setan dengan menyelisihinya dan bersungguh-sungguh untuk mendurhakainya dan jihad dalam memerangi orang-orang kafir dan jihad terhadap orang-orang munafik dan pelaku-pelaku maksiat baik dengan tangan, kemudian (jika tidak mampu) dengan lisan, kemudian (jika tidak mampu juga), maka dengan hati.

* 5. Mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menaati Rasulullah Ta'ala, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ta'atlah kepada Rasul, supaya kamu diberi rahmat." (QS. an-Nur: 56).

* 6. Berdo'a kepada Allah Ta'ala untuk mendapatkannya dengan bertawasul dengan nama-namaNya yang Maha Pengasih (ar-Rahman) lagi Maha Penyayang (ar-Rahim) atau yang lainnya dari nama-namaNya yang Agung/ Indah, seperti kamu mengatakan, "Ya Rahman (Wahai Yang Maha Penyayang), sayangilah aku (rahmatilah aku), ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan rahmatMu yang luas yang meliputi segala sesuatu agar Engkau mengampuni dosaku dan menyayangiku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." (QS. al-Kahfi: 10).

Dan Allah Ta'ala juga berfirman, artinya, "Hanya milik Allah asma`u al-Husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asma`u al-Husna itu." (QS. al-A'raf: 180).

Maka hendaklah seseorang memohon setiap permintaannya dengan nama yang sesuai dengan permintaannya itu untuk mendapatkannya. Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdo'alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu'." (QS. al-Mu'min: 60).

Dan firman Allah Ta'ala lainnya, artinya, "Dan katakanlah, 'Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik." (QS. al-Mu'minun: 118).

Sungguh Allah Ta'ala telah menyuruh (kita) berdo'a dan menjamin ijabah (mengabulkan do'a tersebut) dan Dia Maha Suci yang tidak pernah mengingkari janji.

* 7. Mengikuti al-Qur`an al-Karim dan mengamalkannya. Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Dan Al-Qur`an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (QS. al-An'am: 155).

* 8. Menaati Allah Ta'ala dan RasulNya shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat." (QS. Ali 'Imran: 132).

* 9. Mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang ketika dibacakan al-Qur`an al-Karim. Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Dan apabila dibacakan Al-Qur`an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat." (QS. al-A'raf: 204).

* 10. Istighfar, memohon ampunan dari Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat." (QS. an-Naml: 46). Wallahu a'lam.

Sumber: Diterjemahkan dari Kitab "An-Nuqath al-'Asyarah adz-Dzahabiyah", Syaikh Abdur Rahman ad-Dusari. [alsofwah]


Kamis, 07 April 2011

MP3 Maulid Ad Diba’i dari Majalah Al Kisah


Berikut ini mp3 maulid ad dibai yang source mp3 langsung di ambil dari website resmi Majalah Al Kisah. Sebelumnya saya pribadi mohon maaf kepada majalah alkisah, karena saya langsung menampilkan path file langsung dari server mereka. Karena untuk mendownload mp3-mp3 dari majalah alkisah harus login kemudian mendownload satu persatu. Tetapi proses tersebut menurut saya terlalu rumit kalau hanya untuk membagi ilmu kepada pembacanya. Sehingga saya langsung ‘tembak’ ke file-nya langsung, jadi tanpa login bisa langsung mendownload mp3 tersebut.



1. http://majalah-alkisah.com/downloads/Nada illahi/ad_dibai_1.mp3


2. http://majalah-alkisah.com/downloads/Nada illahi/ad_dibai_2.mp3


3. http://majalah-alkisah.com/downloads/Nada illahi/ad_dibai_3.mp3


4. http://majalah-alkisah.com/downloads/Nada illahi/ad_dibai_4.mp3


5. http://majalah-alkisah.com/downloads/Nada illahi/ad_dibai_5.mp3


6. http://majalah-alkisah.com/downloads/Nada illahi/ad_dibai_6.mp3



7. http://majalah-alkisah.com/downloads/Nada illahi/ad_dibai_7.mp3


8. http://majalah-alkisah.com/downloads/Nada illahi/ad_dibai_8.mp3



Rabu, 06 April 2011

Bacaan mawlid dapat juga untuk mengusir jin (Kisah nyata khasiat bacaan kitab mawlid oleh Habib Anis AlHabsy Solo dan Habib Munzir)


kejadian di solo, ketika sebuah rumah tua akan dijual oleh pemiliknya namun terlalu banyak jin jahat didalamnya, siapapun masuk akan kesuurpan, dan ada satu kamar yg berisi gamelan dlsb, siapa yg masuk kesana akan mati.

maka Hb Anis Alhabsyi solo memerintahkan pemilik rumah membuka semua pintu dan jendela, lalu masuk bersama sama sambil bershalawat pada nabi saw, lalu dihadapan kamar yg paling berbahaya itu membaca maulid nabi saw, maka saat asyraqal (berdiri untuk mahal qiyam) maka terdengar suara hiruk pikuk dari dalam kamar itu dan pintunya terbuka dan terdengar suara menjerit jerit makhluk tak terlihat keluar dari dalamnya, maka setelah itu rumah itu aman


ketika salah seorang murid saya (Habib Munzir) ke Kuningan untuk menembus wilayah itu, konon wilayah yg akan dikunjungi penuh dg santet dan dukun dukun jahat, saya (Habib Munzir) katakan sudahlah baca maulid nabi saw bersama disana, semua jin akan menghindar.


benar saja, ketika mereka sedang membaca maulid mereka melihat bola bola api berdatangan mendekati rumah dan meledak sebelum sampai ke pagar rumah, lalu suara hiruk pikuk seperti orang orang yg menjerit jerit keluar dari rumah itu tanpa ada wujudnya, sejak itu maka tak satupun dukun yg mengganggu.


kejadian lain di wilayah Beji depok, ada seorang dukun yg konon memiliki banyak jin peliharaan, ia konon memiliki macan jadi jadian yg selalu menjaganya, suatu malam ia kehilangan semua macan jejadiannnya, ia mencarinya kemana mana, lalu ia temukan macan macan jin nya itu sedang bersimpuh tunduk didepan masjid saat kami membaca maulid, maka dukun itu masuk islam dan tobat.


Sumber Habib Munzir AlMusawwa



Hakikat Nur Muhammad


Mengenai Nur Muhammad saw adalah makhluk pertama haditsnya telah dikeluarkan oleh Imam Abdurrazaaq dari Jabir ra dg sanad Shahih, rujuk Kitab Anwarulmuhammadiyyah hal.13, diperkuat oleh Hadits Riwayat Ibn Abbas ra, (Kitab Assyifa oleh Imam Qadhiy ?Iyadh hal 83).


mengenai Allah swt memulai penciptaan seluruh makhluq dari Nur Muhammad saw : hadis Qudsiy riwayat ibn abbas: Kalau bukan karena Muhammad tak kuciptakan Adam, tak pula Surga dan tak pula…. hingga akhir hadits.

rwyt Imam Hakim dan hadits inipun diakui dan disahkan oleh Imam Assubki dalam kitabnya Syifaus siqom, dan Imam Bulqaini pada Fatwanya.

dan juga hadis riwayat ibn Abbas dengan makna serupa rwyt Imam Addailami fi musnadihi.


Mengenai bahwa Allah menciptakan segala sesuatu untuk/sebagai hadiah bagi Muhammad saw dapat dilihat pd Musnad Imam Hakim dg sanad shahih


namun tak lepas dari Ikhtilaf dan sanggahan, maka semua permasalahan ini merupakan Ikhtilaf yg tak perlu dipermasalahkan, bagi yg mempercayainya maka berpegang pd dalilnya, dan bagi yg tak mempercayainya pun sebaiknya berpegang pd dalilnya.


Sumber Habib Munzir AlMusawwa



Kisah Seorang Yahudi tinggal di rumah Rasulullah Sayyidina Muhammad (Dalil Kerukunan Beragama)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun telah mengijinkan seorang yahudi hadir dan tinggal di rumah beliau tanpa mengusirnya , padahal ia seorang yahudi yang berbeda agama dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam , tetapi beliau mengizinkan yahudi itu tinggal di rumah beliau ,


beliau tidak melarangnya atau dengan mengatakan : ” engkau yahudi tidak boleh tinggal di rumahku , kotor dan najis !! ” , tidak demikian akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam . Orang yahudi itu tinggal bersama Rasulullah dan tidur disana , makan sepiring dengan Rasul, membawakan air minum Rasul , seakan telah menjadi bagian di keluarga Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak dipaksa untuk mengikuti agama Islam , sampai suatu saat ia sakit dan Rasul menjenguknya,


Rasul tidak berkata : ” syukur yahudi itu sakit dan tidak tinggal di rumahku lagi ” ,


rasul tidak demikian tetapi beliau berkata : ” mana orang yahudi yang tinggal di rumahku , mengapa dia pergi, apa kesalahanku ? ! ” .


Maka setelah rasul sampai di rumah orang yahudi itu , ternyata ia sudah dekat dengan sakaratul maut , maka Rasul berkata : ” wahai pemuda , maukah kau ucapakan ” Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah ” , maka pemuda itu pun ragu untuk mengucapkannya ia menoleh ke ayahnya yang juga beragama yahudi ,


maka ayahnya berkata : ” betul , taati Aba Al Qasim dan ikuti ucapan itu ” , dan pemuda itupun mengucapkan ” Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah ” kemudian ia pun wafat , maka berubahlah wajah Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bagaikan belahan bulan purnama dari terang dan bercahaya karena gembira melihat orang yahudi yang tinggal di rumahnya itu wafat dalam keadaan Islam , demikian indahnya kerukunan umat beragama.


Sumber Habib Munzir AlMusawwa